Sejarah telah memberikan banyak gambaran tentang anak-anak yang dipaksa ikut berperang untuk militer, milisi, atau kelompok-kelompok pemberontak di berbagai belahan dunia. Perekrutan tentara anak menjadi salah satu hal paling mencekam yang dilahirkan oleh konflik di abad ke-20.
Meskipun sebenarnya perekrutan anak-anak menjadi tentara bukanlah fenomena baru, namun kini semakin banyak orang dewasa yang telah kehilangan nurani dan memaksa anak menjadi tentara. Mari kita kembali menengok sejarah tentara-tentara anak yang lahir di abad terakhir ini.
Pemuda Fasis Pada Perang Saudara Spanyol
Kaum fasis Spanyol sering merekrut remaja untuk masuk kedalam partai mereka, dan pada akhirnya mengirim mereka untuk bertempur selama hari-hari terakhir perang saudara Spanyol pada tahun 1930-an. Milisi anti-fasis juga menerima remaja untuk masuk dalam pasukan mereka, meskipun kedua belah pihak memang berusaha untuk menjauhkan tentara-tentara anak ini dari garis depan pertempuran.Pemuda Hitler
Para remaja Hitler sebenarnya tidak dikirim masuk kedalam pertempuran, namun pada hari-hari terakhir Perang Dunia II, remaja paramiliter yang terlatih digunakan Nazi secara luas untuk dikirim ke daerah pertahanan Berlin. Anak laki-laki berusia 12 tahun bahkan dipaksa untuk bertempur melawan tentara sekutu ketika Jerman mulai kalah.Uganda dan Joseph Kony
Sejumlah peristiwa berdarah di Uganda memperlihatkan pengerahan tentara anak dalam konflik. Tentara Perlawanan Nasional memanfaatkan anak yatim piatu yang orangtuanya tewas pada konflik diawal tahun 80-an. Sementara Tentara Perlawanan Josep Kony memiliki reputasi buruk karena mengerahkan tentara anak secara luas dalam pertempuran-pertempuran selama tahun 1990-an.Tentara Anak Hasil Penculikan di El Salvador
Selama perang saudara di El Salvador, baik militer negara dan tentara gerilya Farabundo Mart� National Liberation merekrut dan menculik anak-anak untuk dilatih menjadi tentara anak pada era 80-an. Setelah perang saudara berakhir, banyak tentara anak yang bergabung kedalam organisasi gangster.Genosida Yang Dilakukan Tentara Anak di Rwanda
Pada perang saudara di Rwanda, kedua belah pihak yang bertikai melibatkan tentara anak dalam konfliknya, termasuk pasukan pemerintah Rwanda dan paramiliter. Bahkan sejumlah tentara anak ikut berpartisipasi dalam pembantaian massal Tutsi selama peristiwa genosida Rwanda di tahun 1994.Gerilyawan Remaja Myanmar
Tentara Pembebasan Nasional Karen di Myanmar secara luas menggunakan gerilyawan tentara anak, bahkan menempatkan mereka di garis depan pertempuran. Selain itu, puluhan ribu tentara anak secara paksa diperintahkan untuk mengabdi pada tentara nasional Myanmar, Tatmadaw.Tentara Anak di Afganistan
Anak-anak Afganistan telah terlibat secara luas dalam pertempuran selama beberapa dekade, baik dalam perang sipil Afganistan, atau pun sebagai anggota milisi Taliban yang menentang kehadiran pasukan AS di Afganistan.Tentara Anak di Sudan
Tentara Pembebasan Rakyat Sudan telah banyak merekrut tentara anak-anak sejak tahun 80-an untuk digunakan dalam perang saudara di Sudan. Meskipun pemerintah telah mengusahakan program pemindahan anak-anak dari daerah konflik dalam sepuluh tahun belakangan, perekrutan secara paksa masih tetap berlangsung.Tentara Anak di Kongo
Republik Demokratik Kongo merupakan salah satu negara yang paling banyak menggunakan anak sebagai tentara. Hampir seluruh kelompok militer mempunyai barisan tentara anak. Bahkan Tentara Perlawanan Joseph Kony yang berkonflik di Uganda, memiliki kamp pelatihan tentara anak di Kongo.Tentara Anak yang Direkrut ISIS
Bulan Juli lalu menjadi potret paling kelam dalam sejarah anak-anak yang dijadikan tentara. ISIS merilis dua buah video yang memperlihatkan tentara anak melakukan tindakan brutal. Aksi pertama terlihat seorang tentara anak menembak mati tentara perlawanan Suriah di hadapan warga yang menonton. Tak lama kemudian muncul sebuah video yang memperlihatkan seorang anak tega mengeksekusi mati tawanan dengan cara memenggal kepala tawanan tersebut.Seorang anak yang melarikan diri dari barak pelatihan ISIS menyatakan mereka telah dilatih secara intensif cara memenggal kepala. Doktrinasi keyakinan dan cuci otak diyakini menjadi penyebab anak-anak tersebut dapat begitu dingin membunuh orang.
Tak sepantasnya dunia anak yang seharusnya indah direnggut oleh orang-orang yang mengatas-namakan keyakinan dan kepentingan politik serta kekuasaan.
Dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment