Meski orangtuanya tak bisa memberikan biaya pendidikan anaknya karena keterbatasan fisik, namun ketegaran dan dukungan moril sang ayah telah menjadi inspirasi Rosany untuk belajar lebih giat.
"Merupakan sebuah pengalangan luar biasa bisa bersama orangtuaku saat wisuda. Ini sangat emosional karena aku selalu bercita-cita bisa membuat orangtua bangga. Mereka telah menjadi inspirasi sepanjang studiku."
"Mereka menanamkan tekad untuk sukses dan semangat juang pantang menyerah" ujar Rosany.
Karena kedua kaki ayahnya mengecil dan tak bisa digunakan, Rosany bercerita ayahnya selalu merasa sakit saat berjalan menggunakan tangannya. Ini menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih keras dan menyelesaikan kuliah secepatnya, agar ia bisa segera bekerja dan mampu membelikan kursi roda listrik untuk sang ayah tercinta.
Sang ayah lumpuh ketika berumur 15 tahun. Ia menderita penyakit misterius yang menggerogoti tulang belakangnya. Meski lumpuh, toh ia berhasil menemukan pasangan hidup dan bahkan mempunyai 11 anak. Sayangnya, hanya tiga anak yang bertahan hidup, termasuk Rosany.
Saat acara wisuda, ayahnya memberi kejutan manis dengan berjalan mendampingi anak tercintanya menuju podium. Ditengah keterbatasan fisik, sang ayah berjalan perlahan dengan kedua tangannya. Kontan Rosany menangis haru dan hadirin memberi tepuk tangan meriah pada keluarga tersebut. Orang-orang bangga pada Rosany karena telah belajar keras demi orangtuanya. Mereka juga kagum dengan dukungan orangtuanya.
Wisuda sang anak begitu berarti bagi orangtua Rosany, karena di keluarganya, ia satu-satunya anak yang menamatkan bangku kuliah.