Latest News

Showing posts with label Sejarah. Show all posts
Showing posts with label Sejarah. Show all posts

Wednesday, July 8, 2020

Nama Asli Rs Husada


Nama aslinya bukan Husada, tapi adalah Rumah Sakit “Jang Seng Ie”, yang merupakan satu sumbangan tak ternilai dari masyarakat kalangan Tionghoa terhadap orang-orang miskin di Jakarta. Entah kenapa, pada tahun 1965, Prof Dr Satrio sebagai Menteri Kesehatan, mengganti nama rumah sakit Jang Seng Ie menjadi R.S Husada.
Berdiri sejak tahun 1924, di bawah inisiatif dan pimpinan dari Dr Kwa Tjoan Sioe, Jang Seng Ie adalah wujud rasa kemanusiaan luar biasa dari kalangan masyarakat Tionghoa terhadap kondisi penanganan kesehatan masyarakat Betawi (Jakarta) yang amat buruk dari penjajah Belanda saat itu.
Bayangkan, puluhan ribu masyarakat dari berbagai kalangan, terutama penduduk Betawi, diobati secara cuma-cuma alias gratis di rumah sakit ini. Sulit kita bayangkan, sebagian besar dari para dokter dan perawatnya tidak mau menerima bayaran. Bahkan, mereka menanggung sendiri biaya transportasi dan keperluan lainnya.
Tak ada kata yang tepat untuk menggambarkan tindakan sosial luar biasa dari mereka itu. Kalangan dermawan dari orang Tionghoa juga menyumbangkan begitu banyak dana untuk membiayai keberlangsungan rumah sakit tersebut. Di antaranya yang dapat kita catat adalah:
1. Auw Boen Hauw 38.000 Gulden
2. Khouw Ke Hien 18.000 Gulden
3. Liem Gwan Kwie 22.000 Gulden
4. Thung Tjien Pok 10.000 Gulden
Luar biasa dan yang menariknya, saya juga menemukan keterangan dari iklan undangan pernikahan kalangan Tionghoa yang memberikan penjelasan, bahwa uang sumbangan (angpao) untuk mempelai akan disumbangkan kepada Rumah Sakit Jang Seng Ie. Luar biasa bukan?

Sang Pendiri

Dr. Kwa Tjoan Sioe (1893-1948) adalah pendiri R.S Jang Seng Ie. Dr Kwa lulusan Kedokteran dari Universiteit van Amsterdam dan Tropen Institute of Tropical Hygiene. Beliau menempuh pendidikan di Belanda dari tahun 1913 sampai 1921.
Tahun 1922, Dr Kwa sudah membuka praktek untuk menolong orang2 miskin, ibu hamil dan anak-anak. Tahun 1924, bersama tokoh-tokoh Tionghoa lainnya seperti Liem Tiang Djie, Tan Boen Sing, Injo Gan Kiong, Ang Jan Goan, Lie Him Lian, Tan Eng An dan Lie Tjwan Ing, mendirikan Jang Seng Ie.
Pada 19 Maret 1948, Dr Kwa meninggal terjatuh dalam keletihan akibat pengabdiannya yang begitu hebat kepada rakyat. Beliau meninggal dalam perjuangan untuk bangsanya, Indonesia!
Pasien biasanya bayar dokter, tapi dokter yang satu ini sebaliknya, lebih sering memberi uang kepada pasiennya yang susah. Kehebatan dan ketenaran dokter Kwa tidak hanya dikenal di Batavia, tapi juga ke daerah-daerah lainnya, seperti Serang dan Cirebon. Beliau mengobati pasien di mana pun berada, sejauh yang bisa dicapai. Tak jarang ia harus tidur dalam mobil.
Jika sebagian dokter menjauhi arena politik, tidak dengan beliau, kemampuannya menulis artikel di surat kabar dibarengi dengan keberaniannya mengecam praktek penjajahan Belanda.
Saya mendapatkan keterangan sangat berarti bagaimana orang yang sangat kaya, yaitu pemilik balsem Cap Macan, Auw Boen Hauw, harus merayu Dr Kwa Tjoan Sioe, sebagai pendiri R.S Jang Seng Ie (Husada) agar mau menerima sumbangan darinya. Dr Kwa, mulanya menolak, tapi akhirnya setuju.
Ketika Auw Boen Hauw memberikan pandangan, bahwa dengan menerima sumbangannya, maka Dr Kwa dapat membangun paviliun, agar orang kaya dapat datang dan mau berobat di rumahsakitnya. Lalu uang biaya pengobatan dari orang-orang kaya tersebut dapat dipakai untuk mengobati lebih banyak lagi orang-orang miskin. Keterangan ini merupakan informasi yang disampaikan langsung oleh Ibu Myra Sidharta, tokoh senior peneliti Peranakan Tionghoa di Indonesia. Diperkuat oleh keterangan dari buku karangan Prof Leo Suryadinata yang berjudul Prominent Indonesian Chinese.
Demikian ulasan singkat tentang sejarah RS.Husada dan pendirinya Dr. Kwa Tjoan Sioe. Tak Kenal Maka Tak Sayang!

Tuesday, July 17, 2018

Jasa Besar Etnis Tionghoa Terhadap Berdirinya Institut Teknologi Bandung.



Tahun 1914, beberapa tahun sebelum berdirinya THS (Technische Hoogeschool te Bandoeng), yang merupakan cikal bakal ITB, dibentuklah Komite Finansial untuk pembangunan kampus tersebut. Diantara 13 nama anggota komite ini, terdapatlah 3 nama penting, yakni :
1. Nio Hoey Oen, Pemimpin Masyarakat (Kapten) Tionghoa di Batavia.
2. Phoa Keng Hek, Presiden Sekolah Tiong Hwa Hwee Kwan.
3. H.H. Kan, Tuan Tanah, Anggota Dewan Batavia
......
Dengan kebutuhan dana pembangunan sekitar 500 ribu Gulden, tentu saja, bukanlah suatu perkara yang mudah untuk mengumpulkan dana yang sangat besar tersebut, dan tak dapat dipungkiri jika keterlibatan 3 nama besar tokoh Tionghoa tersebut, amatlah sangat berpengaruh dalam proses berdirinya kampus tersebut pada 3 Juli 1920. Catatan penting, satu tahun kemudian Bung Karno mendaftarkan diri sebagai mahasiswa.
Informasi berharga ini, saya dapatkan dari "Bulletin der Indische Universiteits-Vereeniging, No.1 Mei 1914. hadiah dari Bapak Soeseno Boenarso.
.......
Kedatangan Bapak Soeseno Boenarso (Ketua Umum Alumni Pahoa, sebuah sekolah yang telah berusia 117 tahun) ke Museum Pustaka Peranakan Tionghoa, mengabarkan cerita disertai dokumen yang menguatkannya, adalah anugerah terbesar pada hari kemarin. Bagaimana tidak? Saya meyakini informasi ini, tidak hanya penting bagi keluarga besar ITB, tapi juga adalah sejarah penting untuk diketahui oleh semua anak bangsa ini. Saya membayangkan, jika saja cerita ini disampaikan kepada segenap anggota mahasiswa baru ITB , ketika baru akan masuk belajar di ITB.....
Ah, Seandainya informasi ini tersampaikan dengan baik kepada keluarga besar ITB .....Apalagi pada waktu sekarang ini, kampus tersebut sedang dalam proses penerimaan mahasiswa baru.
Selamat Datang Mahasiswa Baru ITB Angkatan 2018,
Dan Ketahuilah Mengenai Sejarah Kampusmu Ini!
.......
Sumber:
Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa
1.  Bulletin der Indische Univeesitets-Vereeniging, No.1 Mei 1914.
2. Semerbak Bunga Di Bandung, oleh Haryanto Kunto. 1986.