Latest News

Thursday, November 15, 2018

Apa Itu Filsafat Politik?

Apa Itu Filsafat Politik?


Kebanyakan debat politik itu dangkal. Jika Anda menginginkan debat yang dangkal, cukup ikuti saja siaran-siaran politik dalam berita. Filsafat politik hanya untuk mereka yang ingin memahami dan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan mendalam.
Orang sering memperdebatkan apakah si kaya harus membayar tarif pajak marginal sebesar 40 atau 38 persen. Mereka jarang menanyakan: untuk apa membayar pajak?
Orang sering memperdebatkan apakah upaya nasionalisasi harus dengan mempercepat proses imigrasi, atau berapa banyak imigran yang boleh diterima di sebuah negara. Mereka jarang menanyakan: untuk apa membagi dunia ke dalam negara-negara bangsa dengan perbatasan teritorial yang super-ketat? Jika saya ingin menyewa orang luar negeri untuk saya pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, misalnya, apa alasan Anda untuk melarang saya?
Orang sering memperdebatkan apakah daerah-daerah pemilihan harus dibentuk atau apakah para pemilih harus diwajibkan menunjukkan kartu identitasnya saat memilih. Mereka jarang menanyakan: mengapa kita sesama warga negara—yang sebagian besar tidak tahu apa-apa tentang politik—harus memutuskan siapa yang akan memimpin negara? Mengapa tidak, katakanlah, membatasi hak pilih untuk orang-orang yang lulus ujian kewarganegaraan saja, atau yang mampu menunjukkan pemamahan mendasar tentang ekonomi dan sejarah yang boleh ikut memilih?
Orang sering memperdebatkan apakah perusahaan besar yang bangkrut harus mendapatkan bantuan. Mereka memperdebatkan apakah pemerintah lokal bisa menggunakan kewenangannya untuk mengalihkan tanah dari orang miskin ke investor. Mereka jarang menanyakan: mengapa kita harus membiarkan perusahaan yang tidak menjalankan kewajibannya untuk tetap tinggal di sebuah wilayah? Mengapa ada orang yang bisa mengklaim tanah sebagai milik pribadinya? Mengapa tidak menyatakan bahwa dunia dan semua sumber daya alam di dalamnya adalah milik semua orang secara setara?
Orang sering memperdebatkan apakah aparat kepolisian itu brutal atau kasar, dan apa yang bisa dilakukan agar kepolisian bisa lebih bersahabat dengan warga sipil. Mereka jarang menanyakan: untuk apa sebuah pemerintahan? Pemerintah mengklaim monopoli atas penggunaan kekerasan guna menciptakan dan menegakkan aturan. Jika tidak demikian, untuk apa kita menginginkan sebuah monopoli melalui kekuasaan koersif? Mengapa saya tidak bisa memilih polisi mana yang akan melindungi saya, sama seperti saya bisa memilih tempat untuk berbelanja pakaian atau makanan?
Filsafat politik adalah cabang filsafat yang menghendaki dan berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih mendalam ini. Ada banyak pertanyaan lainnya: Mana yang lebih penting, individu atau komunitas secara keseluruhan? Pemerintah semacam apa, jika ada, yang seharusnya kita miliki, dan apa yang seharusnya diizinkan dan dilarang untuk warga?
Apakah kita memiliki kewajiban moral untuk mematuhi hukum dan perintah pemerintah? Hak apa yang dimiliki orang dan mengapa?
Bisakah orang diizinkan untuk memiliki properti pribadi? Jika mereka tidak memiliki properti yang cukup untuk menjalani hidup yang lebih baik, haruskah pemerintah menyediakannya melalui program kesejahteraan yang pendanaannya bersumber dari hasil pajak?
Bisakah orang bebas memilih apa yang ingin dimakan, bagaimana menjalani hidup, apa yang harus diyakini, apa yang harus dikatakan, atau apa persyaratan agar semua itu bisa direalisasikan? Apakah penting bahwa setiap orang punya kesempatan yang sama untuk mencapai tujuan? Haruskah kita memastikan bahwa semua orang harus sukses? Haruskah orang diizinkan untuk beremigrasi secara bebas?
Kapan, jika pernah, perang bisa dibenarkan? Mana yang lebih penting, kebebasan atau kesetaraan? Apa sebenarnya kebebasan itu? Dari aspek atau sudut pandang keadilan yang mana orang harus setara?
Kita bisa hidup secara damai jika kita menerima dan hidup berdasar aturan yang diterima secara umum. Saya tidak ke rumah Anda untuk minum bir Anda, dan Anda tidak merebut mobil saya dari tempat parkir. Ketika kita tiba di persimpangan empat, kita tahu apa yang harus dilakukan. Saya tidak melarang Anda untuk membiarkan anak-anak Anda bermain Minecraft, dan Anda tidak melarang saya untuk mengonsumsi es krim. Anda tidak memaksa saya untuk ke gereja, dan saya tidak memaksa Anda untuk membenci saya.
Hidup kita diatur oleh aturan-aturan seperti itu, yang jarang kita perhatikan atau pikirkan. Para ekonom menyebut pelbagai aturan kehidupan sosial itu sebagai “pranata”.
Pranata adalah aturan main yang menyusun kehidupan kita bersama. Sebagai contoh, demokrasi dan monarki benar-benar menjadi seperangkat aturan tentang siapa yang harus membuat aturan. Pranata perkawinan adalah seperangkat aturan tentang bagaimana mengarahkan atau mengontrol properti, anak-anak, dan seks. Pranata kepemilikan pribadi adalah seperangkat aturan tentang siapa yang harus menggunakan, memodifikasi, memperdagangkan, dan menghancurkan pelbagai barang-barang eksternal.
Tujuan utama filsafat politik adalah menentukan standar untuk menilai pranata-pranata yang berbeda itu, apakah baik atau buruk, adil atau tidak adil.
Beberapa orang mungkin berpikir bahwa mereka tidak terlalu membutuhkan filsafat politik: “Siapa yang peduli mendiskusikan pengertian keadilan? Saya pragmatis. Saya hanya ingin tahu apa yang sudah berhasil saja.”
Tetapi ini bukanlah cara untuk menghindari filsafat politik; hal itu tak lebih sebagai cara yang dogmatis. Lagi pula, sebelum kita bisa melakukan “apa yang berhasil”, kita terlebih dahulu harus tahu apa yang benar-benar sudah berhasil.
Saya melihat sistem di mana orang miskin dan orang kaya semakin kaya dan berpikir, “Ini berhasil!” Seorang teman melihat sistem yang sama, melihat kesenjangan pendapatan antara orang miskin dan orang kaya, dan berpikir, “Tidak berhasil”. Kita semua bisa menggebrak meja dan menyebut diri kita pragmatis. Tetapi, pada akhirnya, kita berbeda bukan oleh kurangnya pragmatisme kita, tetapi karena filsafat politik kita yang berbeda.
John Rawls, filsuf politik abad ke-20, mengatakan bahwa teori keadilan adalah tentang menetapkan hak dan kewajiban serta menentukan distribusi manfaat dan beban kerja sama sosial yang tepat. Apa yang membuat filsafat politik jadi berbeda satu sama lain terletak pada perbedaan cara pandang mengenai konsep hak dan kewajiban, prinsip dalam menentukan distribusi manfaat dan beban yang tepat, dan yang paling mendasar, pandangan tentang masyarakat.
Tujuan filsafat politik adalah untuk memperkenalkan beberapa teori utama tentang keadilan, untuk melihat sejumlah argumen yang diajukan para filsuf dalam melawan teori-teori itu, serta untuk membantu Anda menjadi lebih bijaksana dan teliti dalam berpikir. Intinya, filsafat politik memberi Anda lebih banyak pertanyaan daripada jawaban.

Sunday, November 11, 2018

Harap diingat apa yg ditakuti oleh organ2 ini


Harap diingat apa yg ditakuti oleh organ2 ini?

     Ginjal : begadang

     Maag : dingin

     Paru2 : asap (rokok)

     Hati : lemak

    Jantung : Asin

    Pankreas : Makan terlalu kenyang (rakus)

    Usus : Makan tanpa pantang

    Mata : Komputer

    Empedu : Tidak  sarapan.

Maka sayangilah tubuh anda!
😟
Karena : onderdilnya sulit diganti

Mahal ! Lagi pula belum pasti ada。

 Kekentalan darah

💢 Sharing dari Dokter Jantung :   KEKENTALAN DARAH DLM TUBUH, BAGAIMANA BISA TERJADI?

💦 👫 Ada satu pertanyaan: 
Mengapa kita hrs minum AIR putih yg cukup?

💦🌏 Sebenarnya jawabannya cukup " mengerikan" tetapi karena sebuah
pertanyaan jujur hrs dijawab dgn jujur, maka topik tersebut bisa dijelaskan sbb: 

💦👫 Kira-kira 80% tubuh manusia terdiri dari AIR. 
Malah ada beberapa bagian tubuh kita yg memiliki kadar air di atas 80%. 
Dua organ paling penting dgn kadar air di atas 80% adalah: 
OTAK dan DARAH. 

💦☺ Otak memiliki komponen Air sebanyak 90%, 
Sementara Darah memiliki Komponen Air sebanyak 95%. 

💦👫 Jatah minum manusia normal sedikitnya adalah 2 Liter sehari atau 8 Gelas Air putih sehari. 
Jumlah di atas hrs ditambah bagi seorg PEROKOK..! 

💦👫 Air sebanyak itu diperlukan utk mengganti cairan yg keluar dari tubuh kita lewat *Air Seni, Keringat, Pernapasan, dan Sekres*i. 
Apa yg terjadi bila kita mengkonsumsi kurang dari 2 Liter sehari..?? 

💦👫 Tentu tubuh akan menyeimbangkan diri. Caranya? 

💦 Dgn jalan " Menghisap" Air dari komponen tubuh sendiri terdekat: DARAH..!! 

💦 Darah yg dihisap Airnya akan menjadi Kental. 
Akibat pengentalan Darah ini, maka perjalanannya akan kurang lancar ketimbang Darah Encer. 

💦  Saat melewati Ginjal 
(tempat menyaring Racun dari Darah), 
Ginjal akan bekerja Extra keras menyaring Darah. 

💦 Dan karena Saringan dlm Ginjal halus, tidak jarang Darah yg kental bisa menyebabkan perobekan pada *Glomerulus Ginja*l. 

💦  Akibatnya, 
Air Seni berwarna kemerahan, tanda mulai Bocornya saringan Ginjal. 
Bila dibiarkan terus menerus, 
Anda mungkin suatu saat hrs mengeluarkan  2 jt Rupiah seminggu utk Cuci Darah. 

💦 Bgm dgn OTAK? 
Nah saat Darah Kental mengalir lewat Otak, perjalanannya agak tersendat. 
Otak tdk lagi " Encer", krn Sel2 Otak adalah yg paling boros mengkonsumsi Makanan & Oksigen, ini yg mengakibatkan STROKE...!! 

💦🌏  _Jika anda menshare ini kepada 1 orang artinya anda sdh dpt menyelamatkan 1 orang

Tuesday, October 2, 2018


Link Gift Utk Header Blog


(br/> (br/> (br/>

Monday, October 1, 2018

Kapal selam



Bara api "Arab Spring" ternyata masih belum padam....



Oleh: Denny Siregar

Bara api "Arab Spring"
 ternyata masih belum padam....
Hanya sekarang mereka memindahkan kekuatannya dari Timur Tengah ke Asia dimana Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia menjadi sasarannya.
Pola-pola mereka sebenarnya bisa tampak jelas di sini. Mereka masuk melalui tempat ibadah dengan membangun logika berdasarkan kebanggaan beragama dan ideologi khilafah. Sama persis seperti yang mereka lakukan di Suriah, Irak, Afghanistan, Libya dan banyak negara Timur Tengah lainnya.
Dan fokus mereka ada di Pilpres 2019 ini. Ini Pilpres menentukan bagi kelompok fundamental untuk menentukan peta kekuatan mereka selanjutnya.
Pertanyaannya, mereka akan menguat di kubu sebelah mana?
Lembaga Survey Indonesia atau LSI, Kamis, 24 September, mengumumkan hasil surveinya yang cukup mengagetkan bahwa pendukung Prabowo yang ingin Indonesia menjadi seperti Timur Tengah meningkat, dari Agustus 2018 yang sekitar 38,8 persen naik di bulan September 2018 menjadi 50 persen.
Kenaikan yang signifikan dalam waktu hanya satu bulan. Dan dari survei LSI juga terbaca bahwa pendukung Prabowo yang suka Indonesia khas Pancasila menurun drastis.
Ini menunjukkan bahwa kelompok agamis dan fundamentalis merapat ke Prabowo. Mereka-mereka inilah yang ingin Indonesia bisa menjadi seperti negara Islam seperti Timur Tengah. Dan mereka membutuhkan kekuatan politik yang kuat untuk mewujudkan cita-cita mereka.
Survei LSI ini seharusnya disikapi sebagai peringatan yang berbahaya, bahwa ada kekuatan luar yang ingin menjadikan negeri bineka ini sebagai negara Islam dengan model sistem NKRI bersyariah. Sistem yang tidak jauh dengan khilafah.
Dan Prabowo adalah "kuda tunggangan" yang baik karena ia membutuhkan suara demi kemenangannya. Karakter Prabowo yang selalu "welcome" pada setiap ideologi yang datang dan tidak tegas dalam menunjukkan nasionalismenya adalah kelebihan bagi kelompok fundamental ini. Mereka pasti akan all out untuk mendukung Prabowo, dengan segala cara, hoaks dan fitnah jika bisa.
Hasil survei ini juga menjadi peringatan buat benteng penjaga NKRI, yang ingin tetap menjaga negeri ini berada di bawah ideologi Pancasila. Jika Prabowo nanti memerintah, maka kelompok fundamental Islam yang terkenal intoleran dan radikal, akan menguasai banyak wilayah di NKRI dan mulai memberangus orang-orang atau lembaga yang berseberangan dengan mereka.
Ambil contoh saja kasus Meiliana di Tanjung Balai Sumatera Utara yang harus dipenjara karena mempermasalahkan bisingnya azan melalui toa. Kelompok fundamental ini terkenal dengan pemaksaan kehendaknya melalui kekuatan massa. Dan kekuatan massa ini bisa mempengaruhi penilaian aparat kepolisian dan pengadilan..
Jadi saya jujur agak heran juga dengan non muslim dan muslim moderat yang mendukung Prabowo sebagai Presiden di 2019. Apa mereka tidak sadar bahwa dampaknya akan membuat mereka makin tertekan dalam mewujudkan keadilan bersama sebagai anak bangsa?
Entahlah. Kadang logika tidak berjalan berdasarkan fakta, hanya emosi belaka.
Saya sendiri jelas akan melawan mereka dengan segala cara. Meski saya Islam, saya tidak mendukung adanya negara Islam seperti yang mereka cita-citakan. Saya cinta Indonesia dengan segala kebinekaannya.