Latest News

Tuesday, May 16, 2017

Cara Mudah dan Murah Buat Baju Putih Cemerlang

terutamasehat.blogspot.com -Baju putih akan tampak bagus bila terlihat bersih dan bersinar seperti baru. Tapi biasanya, putih cemerlang baju putih kita tak bisa bertahan lama. Sayangnya, baju putih lama kelamaan akan kehilangan cemerlangnya dan perlahan berubah menjadi abu-abu pucat.

Anda bisa saja mengembalikan cemerlangnya baju dengan menggunakan berbagai produk pemutih, tapi Anda bisa juga memilih cara yang murah dan mudah untuk memutihkannya.


Ada beberapa cara alami yang bisa Anda lakukan untuk memutihkan baju. Bisa dengan jeruk lemon, baking soda, atau menjemurnya di terik matahari. Namun, dari semua metode yang ada, kami percaya yang paling efektif adalah dengan menggunakan Kalium Permanganat.


Bahan kimia ini dengan mudah bisa dibeli di toko kimia atau farmasi, dan dijamin akan memberikan putih cemerlang pada pakaian Anda. Yang Anda butuhkan hanyalah sedikit bahan ini, air, ember, dan kantong plastik.


Cara menggunakan

  • Isi ember dengan 10 liter air.
  • Tmbahkan sedikit kristal Kalium Permanganat dan tunggu hingga tercampur sempurna dan air berubah menjadi berwarna merah jambu. Ingat, jangan terlalu banyak memberi kalium permanganat karena air akan berubah menjadi berwarna ungu gelap.
  • Tambahkan 200g deterjen laundry kedalam air dan aduk hingga merata. Jagan kuatir jika air berubah warna, ini adalah bagian dari proses.
  • Tempatkan pakaian putih yang ingin Anda putihkan kedalam air campuran dan tutup ember dengan kantong plastik. Rendam sekurangnya 4-5 jam. Paling baik direndam semalaman.
  • Setelahnya, angkat pakaian dari air rendaman dan peras hingga kering.

Tips:

  1. Jika Anda belum mencuci pakaian sebelum direndam dengan kalium permanganat, Anda bisa masukkan kedalam mesin cuci dan cuci seperti biasa. Dan bila Anda telah mencucinya sebelum direndam dengan cara ini, Anda tinggal membilasnya dengan air bersih dan menjemurnya.
  2. Cara ini bukan saja alami dan murah, tapi hasilnya juga sangat mengagumkan. Jika Anda melihat hasilnya belum seperti yang diharapkan, Anda tinggal mengulangi prosesnya hingga warna putih cemerlang pakaian Anda kembali.

Monday, May 8, 2017

Demi Buru Seorang Sniper Viet Cong, Tentara AS Hujani Bukit dengan Tembakan

terutamasehat.blogspot.com - Ini bukan pesta kembang api. Ini adalah suasana pertempuran dahsyat antara seluruh tentara di sebuah markas militer  AS melawan seorang sniper Viet Cong yang bersembunyi diatas bukit yang terjadi pada bulan April 1970 di pesisir kota Qui Nhon, Vietnam.

Pertempuran tak imbang ini dimulai ketika seorang sniper Viet Cong yang bersembunyi diantara bebatuan, selama beberapa malam memberondong markas tentara AS dengan senapan AK-47. Ia menembaki atap seng markas, menyebabkan satu tentara tewas dan membuat marah tentara lainnya. Para prajurit diberitahu bahwa balasan luar biasa akan dipersiapkan bila si penembak jitu itu kembali menyerang.


Dan benar saja, ketika si sniper kembali beraksi, para tentara AS membalas tembakan tersebut dengan menghujani seluruh bukit dengan tembakan. Sisi bukit yang menghadap ke markas terang oleh cahaya tembakan suar, peluru berdaya ledak tinggi, dan peluru pelacak. Tindakan berlebihan ini terekam dalam deretan foto luar biasa yang diambil seorang prajurit AS, James Speed Hensinger.

James Speed Hensinger.

Ketika suara tembakan pertama terdengar, ia meletakkan kameranya diatas karung pasir dan mengarahkannya ke bukit. Dengan menggunakan cable release, ia memotret kejadian tersebut sambil ikut bertempur.



Sebuah tank jenis M42 menyapu bukit dengan tembakan ganda peluru auto-kanon 40mm anti serangan udara, sementara tentara yang berjaga di menara memberondong dengan senapan mesin kaliber 50mm dan senapan mesin M60.



Saat fajar, petugas patroli naik ke atas bukit, mencari target mereka diantara bebatuan besar. Mereka menemukan jejak kecil darah, tapi sang sniper telah menghilang. Dengan tembakan begitu masif, mereka gagal membunuh target.

Kisah Prajurit Jepang yang Menolak Menyerah Selama 29 Tahun

terutamasehat.blogspot.com - Setelah bom atom dijatuhkan di kota Nagasaki dan Hiroshima, pada 15 Agustus 1945, Jepang akhirnya menyatakan menyerah, dan Perang Dunia kedua pun usai. Tapi bagi sebagian orang, perang belum berakhir.

Letnan Hiroo Onoda berumur 22 tahun ketika ia ditempatkan di Pulau Lubang, Filipina pada Desember 1944. Sebagai seorang perwira intelejen, ia diberi perintah untuk mengganggu dan menyabotase pergerakan lawan, serta tak boleh menyerah atau bunuh diri.


Tentara sekutu mendarat di pulau tersebut pada bulan Februari 1945. Perintah terakhir dari atasannya adalah ia harus segera mundur ke pedalaman pulau dan mengganggu usaha invasi tentara sekutu hingga pasukan bantuan kekaisan Jepang datang membantu. "Kau tidak boleh mati bunuh diri," perintah atasannya. "Mungkin butuh waktu hingga tiga tahun, mungkin juga lima tahun, apapun yang terjadi, kami akan datang menjemputmu. Sebelum kami datang, meski kamu hanya tinggal punya satu prajurit, kamu harus terus memimpinnya".

Onoda terus menjalankan misinya dan bertahan hidup dalam hutan, ia hidup bersama tiga prajurit bawahannya; Prada Yuichi Akatsu, Kopral Sjoichi Shimada dan Pratu Kinshichi Kozuka. Selama tinggal dalam hutan, ia bersama prajuritnya melakukan aktivitas gerilya dan beberapa kali terlibat kontak tembak dengan kepolisian.

Letnan Hiroo Onoda muda, 1944

Meski tinggal dalam hutan, sebenarnya mereka telah mendapat informasi kalau Jepang telah kalah perang. Pertama kali informasi didapat dari sebuah selebaran yang menyatakan Jepang telah menyerah pada Oktober 1945. Selebaran didapat saat anak buahnya menembak seekor sapi dan menemukan selebaran yang ditinggal penduduk sekitar berisi tulisan: "Perang telah berakhir pada 15 Agustus. Turunlah dari Gunung!". Tapi mereka tidak percaya. Mereka menyimpulkan selebaran tersebut hanya propaganda tentara sekutu.


Di penghujung tahun 1945, selebaran dijatuhkan dari udara dengan isi perintah menyerah dari Jenderal Tomoyuki Yamashita. Setelah berbulan-bulan bergerilya, selebaran ini adalah bukti paling otentik kalau perang telah usai. Onoda melihat dengan cermat brosur tersebut untuk membuktian keasliannya, dan mereka memutuskan kalau selebaran itu palsu.


Salah seorang prajuritnya, Yuichi Akatsu memisahkan diri dari kelompok pada September 1949 dan menyerah kepada tentara Filipina di tahun 1950 setelah enam bulan bergerilya sendirian. Ini menjadi peringatan bagi Onoda dan ia menjadi lebih waspada. Di Tahun 1952, surat dan foto dari keluarga mereka dijatuhkan dari pesawat untuk membujuk mereka agar menyerah. Tapi sekali lagi, tiga prajurit keras kepala tersebut menganggapnya sebagai sebuah tipuan.

Shimada tertembak di kaki ketika terjadi baku tembak dengan nelayan lokal pada Juni 1953, namun Onoda berhasil menyembuhkannya. Pada 7 Mei 1954, Shimada tewas akibat tembakan pasukan Filipina yang memburu mereka ke dalam hutan. Kozuka tewas dengan dua tembakan oleh polisi lokal pada 19 Oktober 1972, ketika ia dan Onoda, melakukan sabotase dengan membakar lumbung padi petani. Onoda kini sendirian.

Onoda bersama Norio Suzuki, lelaki yang akhirnya membantu Onoda untuk menyerah

Pada 20 Februari 1974, Onoda bertemu dengan seorang pria Jepang, Norio Suzuki, yang telah berpetualang keliling dunia dengan tiga tujuan; 'Mencari Letnan Onoda, bertemu Panda dan berusaha menemukan Manusia salju'. Suzuki menemukan Onoda setelah empat hari pencarian. Onoda menceritakan momen ini ketika diwawancarai pada 2010: "Suzuki, si bocah petualang ini datang ke pulau untuk menemuiku dan ia bertanya mengapa aku tak mau keluar?" Onoda dan Suzuki menjadi teman baik, tapi Onoda tetap menolak menyerah, ia masih menunggu perintah dari atasannya langsung.

Letnan Onoda memberi hormat dengan pakaian militer lusuhnya yang telah berusia lebih dari 29 tahun. Terlihat sarung pedang katana miliknya telah berkarat termakan usia.



Suzuki kembali ke Jepang bersama foto ia dengan Onoda sebagai bukti pertemuan mereka. Pemerintah Jepang lalu segera mencari atasan Onoda, Mayor Yoshimi Taniguchi, yang kini telah menjadi seorang penjual buku. Setelah 29 tahun berlalu, ia terbang kembali ke Pulau Lubang, dan pada 9 Maret 1974 akhirnya bertemu dengan Onoda dan memenuhi janji yang dibuatnya pada tahun 1944, "Apapun yang terjadi, aku akan kembali menjemputmu."


Onoda akhirnya dibebas-tugaskan dan bersedia menyerah. Ia menyerahkan sebilah pedang katana, sebuah senapan jenis Arisaka tipe 99 yang masih berfungsi, 500 butir peluru dan beberapa buah granat tangan, juga sebilah belati pemberian ibunya pada tahun 1944 yang akan digunakan untuk bunuh diri bila ia tertangkap. Meski ia telah membunuh 30 orang dan beberapa kali terlibat baku tembak dengan pihak keamanan Filipina, situasi dimana ia percaya perang masih berlangsung, menjadi pertimbangan pemerintah Filipina dan ia mendapatkan pengampunan dari presiden Ferdinand Marcos.


Onoda meninggal pada 16 Januari 2014 dalam usia 91 tahun. Terlepas dari statusnya sebagai tentara penjajah, keteguhan hatinya menjalankan perintah atasan menjadi begitu fenomenal. Ia adalah gambaran pria Jepang yang menjunjung tinggi nilai Bushido, seorang ksatria samurai sejati.

Onoda saat kembali ke Jepang setelah 29 tahun hidup di hutan

Sementara Suzuki, pria petualang yang telah membantu Onoda, kembali berkeliling dunia dan akhirnya bisa bertemu panda. Namun di tahun 1986, ia tewas tertimbun salju longsor di Himalaya ketika mencari Manusia salju.

Onoda di tahun 1975, setahun setelah kepulangannya.

Sunday, May 7, 2017

Cara Mudah Ketahui Telur Segar atau Telah Busuk

terutamasehat.blogspot.com - Telur adalah sumber protein murah dan lezat yang selalu kita santap sehari-hari. Dari anak hingga dewasa sangat menyukainya. Tak lengkap rasanya bila dalam seminggu kita tak menyantap hidangan telur, baik yang digoreng dadar, diceplok atau direbus. Karena menjadi telah hidangan 'wajib' dirumah, banyak ibu rumah tangga yang membeli telur dalam jumlah banyak untuk dijadikan persediaan.


Umumnya umur telur dapar bertahan hingga dua minggu. Namun karena telur biasanya telah diinap oleh di kedai penjual, maka umur simpan telur menjadi berkurang. Tak jarang, tanpa kita ketahui, ternyata telur yang hendak kita masak telah busuk.

Untuk menghindari 'kecelakaan' karena memecah telur tak layak konsumsi ke penggorengan, kita harus tahu cara membedakan telur yang masih segar dengan yang tak baik lagi.


Dalam video singkat ini akan dijelaskan dua cara mudah mengenali telur segar. Cara pertama adalah dengan mengguncangnya, sedang cara kedua dengan merendamnya kedalam air.

Silahkan simak video berikut :

Dengan cara ini, kita bahkan bisa mengetahui perkiraan umur telur sehingga kita bisa memprediksi berapa lama lagi telur dapat disimpan.

Wednesday, May 3, 2017

Kisah Penjual Gas Korek Api dan Sekotak Nasi

terutamasehat.blogspot.com - Seperti biasa setiap hari jumat kami dari Kamila Catering (Petrichor Indonesia) melaksanakan program Jumat Berbagi. Sepulang menjemput anak sulung, saya pulang dan menunaikan sholat ashar, Saya dan anak sulung saya berangkat dengan membawa nasi kotak yg sudah disiapkan. Sambil bermotor pelan, kami berkeliling membagikan nasi box.

Alhamdulillah jumat berbagi kali ini cukup banyak (38 box nasi) sehingga kami bisa membagikan ke tukang ojeg di daerah Cimanggu, tukang becak di seputaran Air Mancur, petugas kebersihan, dan para tunawisma.


Dari taman cimanggu, kami keliling ke Menteng- Mawar- Pasar Merdeka- Pasar Anyar- Air Mancur. Rasanya perjalanan sudah jauh tapi nasi kotak masih tersisa beberapa lagi.

Dalam hati bertanya,
"Nasi kotak ini rizki siapa yaaa?"
Kami pun terus berjalan kearah warung jambu. Setelah melewati pabrik ban Goodyear saya melihat seorang kakek pengisi korek gas sedang tertunduk lesu sambil menyender di tiang listrik. Saya mendekat lalu bertanya.
"Maaf bapa sudah makan."
"Belum, Pak." jawab Bapak itu lemah.

Saya kemudian menyerahkan satu kotak. Belum juga saya menjelaskan tentang Jumat Berbagi dan nama donatur, Bapak penjual gas korek tersebut langsung ambil dan makan dg lahap dan tanpa basabasi. Saya kaget. Saya berrtanya lagi,
"Bapak ada air minum?"
"Tidak ada." jawab Bapak itu.

Saya langsung meminta tolong anak saya membelikan air minum dalam kemasan. Saya biarkan bapak tersebut menghabiskan makanan. Setelah makanan di kotak nasi habis, Bapak penjual gas korek ini menyampaikan sesuatu yang mengejutkan saya.

"Dua hari saya belum makan. Karena gak ada yg isi gas. Sekarang hanya sedikit orang yg mau isi gas." Kata Bapak penjual gas korek itu dengan bahasa dan llogat sunda (di tulisan ini saya terjemahkan).


Setelah itu saya menyampaikan amanah donatur, Saya menyeerahkan nasi satu kotak lagi. Bapak tersebut mengucapkan terima kasih berkali-kali. Binar matanya membuat saya ingin segera pergi dr tempat itu. Karena saya tidak mampu menahan air mata.

Yaa rabb...
Ternyata kisah penjual korek api yg kelaparan bukan hanya terjadi dalam dongeng. Tapi ini terjadi di dekat kita. Di kota yang gemerlap dg wisata kuliner. Akankah kita (tidak) peduli?

Kota Hujan Bogor
Ahmad Sumarta, 21/4/17

*Program Jumat Berbagi adalah kegiatan membagikan sarapan bagi para pekerja jalanan setiap jum'at pagi yang dilakukan oleh para relawan. Gerakan ini telah menyebar di kota-kota besar Indonesia.

Sunday, April 16, 2017

Begini Nasib Anak Indonesia Sebelum Kemerdekaan

terutamasehat.blogspot.com - Di sebuah jalan kota batavia, tampak seorang anak kecil berusia tak lebih dari tujuh tahun membopong dua keranjang yang besarnya dua kali besar tubuhnya. Napasnya tersengal membawa dagangan mainan anak yang berat. Kontras dengan yang ada di depannya, dua anak Belanda beserta ibunya dengan riang memanggil si pedagang cilik tadi.

Itulah sedikit gambaran kondisi anak Indonesia sebelum merdeka yang terekam dalam sebuah film dokumenter di tahun 1939. Sebuah pemandangan miris dimana anak yang seharusnya bisa menikmati masa kecilnya dengan bermain, harus mencari nafkah layaknya orang dewasa.


Dalam bagian lain video ini, anak yang sedikit lebih besar nasibnya tak jauh beda. Mereka harus bekerja keras di pelabuhan demi upah sedikit uang receh dan sekaleng beras. Tubuh mereka kurus dan pakaian mereka compang-camping tak layak pakai.


Film langka yang berjudul "The Coveted East Indies� ini diproduseri oleh Deane Dickson. Meski direkam tanpa suara, disparitas kaya miskin antara pribumi dan para ekspatriat Belanda sangat terasa dan pahitnya penderitaan penjajahan sangat kental di film ini. Pribumi banyak yang tampak tersenyum karena direkam kamera, tapi kondisi tubuh dan lingkungan sekitar mereka bisa melukiskan keadaan yang sesungguhnya.



Mirisnya, setelah lebih dari tujuh dekade kita merdeka, pemandangan yang mirip masih saja kita temui. Anak-anak mengamen dan mengemis dijalanan ibukota, atau bekerja di jermal lepas pantai. Meski negeri kita telah merdeka, entah sampai kapan kita bisa merdeka dari kemiskinan.

Anda bisa menyimak versi lengkap filmnya disini :